Aku mencintaimu tak hanya seperti rumput memuja airAku bahkan mencintaimu seperti ilalang merindu anginMerelakan segalanya untuk terbangAku mencintaimu tak hanya seperti bulan ingin berdampingan dengan bumiAku bahkan mencintaimu seperti dunia mengikuti titah gravitasiMenjatuhkanku pada rasa yang samaBahkan aku masih mencintai jatuh hati iniHingga saat ini
Satu bait syair di atas mungkin yang hanya bisa ku tulis
saat ini. Sambil mengamati kertas satu demi satu terjatuh, aku enggan
mengangkat jemariku dari tuts keyboard. Jarum di jilbabku agak menusuk ke dalam
lapisan tipis leher.
Ternyata hanya kugeser dengan lengan atasku, jarum itu semakin menusuk ke dalam. Sakit? Jelas sakit walaupun tak sesakit ibu yang melahirkanku 20 tahun yang lalu. Tapi ini jelas sakit, seperti aku yang mencintai kesakitan ini, aku pun mencintaimu, dan kembali jatuh hati padamu.
Ternyata hanya kugeser dengan lengan atasku, jarum itu semakin menusuk ke dalam. Sakit? Jelas sakit walaupun tak sesakit ibu yang melahirkanku 20 tahun yang lalu. Tapi ini jelas sakit, seperti aku yang mencintai kesakitan ini, aku pun mencintaimu, dan kembali jatuh hati padamu.
Terbesit impian untuk menjadi cinderella dan mendapatkan
pangeran tampan nan sempurna, kurasa impian tersebut tidaklah muluk muluk untukku.
Sebab mencari pangeran bagiku ternyata tak harus mengikuti sebuah pesta dansa,
tak harus memiliki ibu tiri, tak perlu mencari ke istana, bahkan aku tak perlu ibu
peri untuk membuat kereta labu, gaun indah serta sepatu kaca.
Aku hanya harus terpaut dengan bola matamu, dan menyimpan derakan hati ini hingga cinta ini akhirnya menepuk dan mempertemukan kelima jemariku. Aku mendengar bisik hati yang tak pernah ku ingkari, mengalun bergantian merdu, melagukan indah namamu. Aku hanya bisa tersipu mendengarkan lantunan bait jemari cantik Christoffer Nelwan dan pipiku seketika merona.
Aku hanya harus terpaut dengan bola matamu, dan menyimpan derakan hati ini hingga cinta ini akhirnya menepuk dan mempertemukan kelima jemariku. Aku mendengar bisik hati yang tak pernah ku ingkari, mengalun bergantian merdu, melagukan indah namamu. Aku hanya bisa tersipu mendengarkan lantunan bait jemari cantik Christoffer Nelwan dan pipiku seketika merona.
No comments:
Post a Comment
Mohon tidak menuliskan Link hidup & Spam. Hatur Nuhun
SPAM & LINK Will be deleted!