Jujur aja, sebenernya postingan kali ini cuman gara-gara aku pengen upload foto diatas. Karena fotonya cantik dan aku suka pake banget, macam jatuh cinta gitu sama fotonya. Akhirnya aku paksain untuk nulis dan buat postingan di blog, nulis apa? Belum tau, sekarang aja masih belum kepikiran. Yang penting pake foto ini dulu.
Kan pas banget sekarang tanggal 1 September.
Padahal mah kalo cuman mau update foto mendingan pindah lapak ke Instagram. Tapi da kekeuh aku pengennya post ini di blog. Nah, untuk mengisi fotonya aku mau cerita aja ya, tapi kalo ceritanya lompat-lompat ya monmaap.
Jadi, beberapa hari yang lalu digrup WhatsAppku sempat bahas tentang suntik putih pake glutax, tanam benang di hidung biar mancung. Pokoknya bahasan serba-serbi yang penting cakeup. Pasti udah tau dong, kalo diluar sana masih banyak banget berbagai metode untuk mempercantik tubuh.
Operasi plastik lah di Korea, pasang silicon, bikin mata sipit, bibir lebih seksi, sedot lemak atau yang high level ke dukun biar auranya terbuka atau minta pasang susuk. Katanya biar cantik.
Operasi plastik lah di Korea, pasang silicon, bikin mata sipit, bibir lebih seksi, sedot lemak atau yang high level ke dukun biar auranya terbuka atau minta pasang susuk. Katanya biar cantik.
Jadi sampe harus pergi kemana-mana dan ngapa-ngapain itu nyari cantik yang kata siapa sih?
Padahal kan katanya cantik itu relatif, kataku cantik belum tentu loh menurutmu cantik. Walaupun ada tuh cantik yang absolut kaya Anne Hathaway. Atau nih, buat yang suntik putih, mungkin buatnya jadi putih itu ya jadi cantik.
Yang padahal model-model berkulit gelap itu bujubuneng cantik banget. Apalagi tuh finalis Asia's Next Top Model yang dari Indonesia, cantik banget deh. Pastinya kita punya pendapat masing-masing tentang itu. Jadi usaha macam-macam untuk mencari cantik.
Cantik kata siapa?
Mungkin cantik menurut dirinya, menurut suaminya, menurut temannya, atau malah menuruti netizen. Siapapun dituruti ketika sudah merasa tidak puas. Kalo bahas tentang bersyukur dan menerima tubuh apa adanya mah, semua udah tau atuh ya. Alhamdulillah aku juga belum pernah nyobain serba-serbi modif tubuh, masih seneng aja lah sama pemberian Allah.
Cuman dibalik semua proses 'memperbaiki' tubuh yang marak dilakukan orang-orang diluar sana. Aku belajar satu hal dari mereka yang rajin operasi plastik atau mereka yang memodifikasi tubuh selain untuk kepentingan medis dan hanya untuk kepentingan kosmetik. Yaitu mereka berproses secara abis-abisan.
Sekali lagi, kalo mau bahas tentang menerima apa adanya dan bersyukur mah itu udah gak usah dibahas ya, itu mah emang harus dan wajib. Tapi kan kenyataannya gak semua orang bisa dengan mudah menerima dirinya sendiri, kita yang gak sepemikiran gak jadi merasa paling benar juga kan? sepakat gak nih?
Maksudnya, kita gak pernah tau apa yang mereka alami, apa yang mereka rasakan. Bagaimana keluarga, teman-teman atau lingkungan kerjanya. Terus kalo mau bahas sisi agama, saya sendiri sebagai muslim memang lebih condong ke 'nggak' melakukan. Tapi kita gak pernah tau background agama orang lain, and also who am I to judge?
Kita kan penonton yang hanya mengamati, nggak ngalamin apa yang orang lain rasakan. Jadi, ambil aja nilai positif dari apa yang orang lain kerjakan, tanpa harus men-judge.
Mungkin aku bahas oplas karena akhir-akhir ini nontonin vlognya SunnydayheIn yang bahas tentang oplasnya di korea. Just so you know, doi tuh orang Indo-Korea yang pernah sekolah SMA dan Kuliah di Indonesia. SMAnya di Bali, lanjut kuliah di UGM.
Dia oplas, boobjob, dan fat removal di korea. Gila gak tuh, abis berapa duit cuy? Udah gitu bisa bayangin gak sakitnya kaya gimana? kaya mau pingsan kali ya. Tapi doi jujur banget loh, nggak nutup-nutupin kalo doi operasi. Malah di vlognya diliput dari awal konsultasi, saat mau operasi sampe recovery.
Baca Juga: Saat Berada Pada Titik Terendah Dalam Kehidupan
Sekali lagi, kalo mau bahas tentang menerima apa adanya dan bersyukur mah itu udah gak usah dibahas ya, itu mah emang harus dan wajib. Tapi kan kenyataannya gak semua orang bisa dengan mudah menerima dirinya sendiri, kita yang gak sepemikiran gak jadi merasa paling benar juga kan? sepakat gak nih?
Maksudnya, kita gak pernah tau apa yang mereka alami, apa yang mereka rasakan. Bagaimana keluarga, teman-teman atau lingkungan kerjanya. Terus kalo mau bahas sisi agama, saya sendiri sebagai muslim memang lebih condong ke 'nggak' melakukan. Tapi kita gak pernah tau background agama orang lain, and also who am I to judge?
Kita kan penonton yang hanya mengamati, nggak ngalamin apa yang orang lain rasakan. Jadi, ambil aja nilai positif dari apa yang orang lain kerjakan, tanpa harus men-judge.
Mungkin aku bahas oplas karena akhir-akhir ini nontonin vlognya SunnydayheIn yang bahas tentang oplasnya di korea. Just so you know, doi tuh orang Indo-Korea yang pernah sekolah SMA dan Kuliah di Indonesia. SMAnya di Bali, lanjut kuliah di UGM.
Dia oplas, boobjob, dan fat removal di korea. Gila gak tuh, abis berapa duit cuy? Udah gitu bisa bayangin gak sakitnya kaya gimana? kaya mau pingsan kali ya. Tapi doi jujur banget loh, nggak nutup-nutupin kalo doi operasi. Malah di vlognya diliput dari awal konsultasi, saat mau operasi sampe recovery.
Baca Juga: Saat Berada Pada Titik Terendah Dalam Kehidupan
Banyak orang mungkin berpikiran jika cara-cara tersebut adalah cara instan untuk mendapatkan wajah atau body yang aduhai sesuai dengan yang diimpikan. Tapi buatku, itu semua adalah proses untuk jadi cantik 'sesuai' yang mereka pikir.
Karena wajah dan badan ya udah dapetnya segini dari Gusti Allah, tapi mereka yang mungkin kurang pede dengan tubuhnya, terbawa tren atau malah yang terpancing netizen yang maha benar. Dari situ semua, akhirnya memilih untuk merubah tubuh, merubah agar menjadi cantik, agar dirinya juga puas.
Proses yang aku maksud untuk menjadi cantik itu banyak.
Nih, mereka harus berproses mulai dari pergolakan batin, mungkin ada oknum yang membully, atau murni hanya kepercayaan dirinya yang luluh lantah. Lalu memberanikan diri untuk datang ke dokter, mengungkapkan rasa ketidakpercayaan dirinya. Dari situ aja kurasa mereka berproses. Kadang aku sampe gak kebayang, misalnya untuk melontarkan sebuah keinginan seperti:
"Saya gak pede dok, hidung saya pesek. Jadi pengen di operasi biar lebih mancung."
Buatku ini adalah keberanian yang luar biasa untuk mengungkapkan kalimat diatas. Lalu kemudian harus berhadapan dengan pisau bedah (scalpel), berbagai suntikkan, cek darah, dan nyeri yang mungkin gak dirasakan semenit dua menit. Semuanya itu proses, bagi mereka itulah proses untuk menjadi cantik.
Jadi memang buat cantik aja butuh proses, apalagi untuk menciptakan sesuatu. Jangan jauh-jauh buat perusahaan lah, menerbitkan buku misalnya. Ingat JK Rowling saja ditolak berkali-kali oleh penerbit. Tapi dia terus menulis, terus berproses, terus berkarya, gak kapok datang lagi ke penerbit. Coba bandingkan dengan kondisinya sekarang, jadi penulis yang terkenal, dikagumi di dunia dengan profit penghasilan dari buku serta film yang wagelasih aku nggak bisa bayangin.
Semua butuh proses. Kali ini aku mau beralih ke topik lain.
***
Semua butuh proses. Kali ini aku mau beralih ke topik lain.
Ingat kisah Lena Leni?
Atlet kembar sepak takraw asal Indramayu yang mewakili Indonesia dalam ajang Asian Games 2018 kemarin? Pasti udah tau dong, sepak terjangnya untuk menyumbangkan medali emas. Berasal dari anak petani, lalu terseok-seok ketika menginjak bangku SMA. Hingga akhirnya terpaksa harus menjadi pemulung dan buruh cuci. Cuman buat sekolah dan ikutan sepak takraw.
Mereka berproses untuk menjadi atlet sepak takraw. Mengais-ngais rupiah untuk memfasilitasi impian untuk menjadi atlet. Niat awalnya padahal tuh sederhana banget, cuman ingin ikut sepak takraw biar sekolahnya gratis. Tapi akhirnya usaha demi usaha, proses demi proses dilewati dan semuanya aku yakin pasti nggak mudah.
Semuanya butuh proses untuk mencapai apa yang diimpikan. Hal apapun itu. Misal juga, kalo mau lari-larian pas lagi nanjak gunung, dijamin pasti ngos-ngosan. Tapi kalo pelan-pelan, terarah, teratur napasnya, sampe puncak itu akan lebih maksimal. Dari banyak hal aku belajar bahwa semua hal, semua pencapaian, gemilang keberhasilan itu memerlukan konsistensi dan proses.
Tuhan pun melihat setiap proses, Gusti Allah yang Maha Baik itu terus mengamati semua proses yang kita lakukan sampai akhirnya memberikan hadiah yang terbaik.
Dari seorang buruh cuci, pemulung dan sekarang ini menjadi atlet nasional. Disitu ada bukti dari berproses. Dan ketika Tuhan punya mau, kita bisa apa?
Dari seorang buruh cuci, pemulung dan sekarang ini menjadi atlet nasional. Disitu ada bukti dari berproses. Dan ketika Tuhan punya mau, kita bisa apa?
Dibulan baru ini, semoga bisa terus berproses.
Sukabumi, Nomor 01 Septembernya 2018
yg pada pake cara macem-macem demi cantik itu, apa pada gak ngeri sama efeknya yaa :(
ReplyDeleteMungkin ngeri ya mbak, tapi tekad dan keinginan seperinya melebihi rasa takut.
Deleteaku ga suka yang namanya oplas macam seleb2 tu..mending syukuri aja apa yang ada. klu mau langsing ya olah raga lebih aman
ReplyDeleteIya mbak sepakat, kita mah memang tugasnya bersyukur. Alhamdulillah sama Gusti Allah.
DeleteSama, kujuga klo lg ada stok foto bagus modus pend upload akhire suka ngedadak takbikin cerita rev hehe
ReplyDeleteKlo mnurutku anne hateway dr sudut pandang relativitas einstein ala aku ga gitu cantik sih, soslnya kekurusan
Wah mantengin asia next top model jg y, jagoanku dong beauty from myanmar, wajahe eksotik #komen upu iki hehe
Waaoooo, bikin mata sipit?? kayaknya generasi muda Indoneia sekarang sudah terlampau memuja Korea ya? :')
ReplyDeleteSuntik putih mungkin gapapa kali ya, mesti saya sendiri mikir ribuan kali untuk itu, tapi kalau oplas, hiii seram.
Operasi sesar saja sudah serem banget, tapi HARUS DAN WAJIB, lah ini sehat2, muka dilukain hehehe..
Tapi semua kembali ke pilihan masing-masing sih, semoga orang-orang yang memilih hal tersebut sadar akam konsekwensinya :)
btw emang gambarnya keceh kok ya :D
Setuju mba. . Semua itu bitih proses.. Even mereka yg berani memilih oplas lah, ato apapun cara2 utk merubah dirinya, juga ga instan. Walo beberapa caranya aku ga setuju, tp tetep itu pilihan mereka. Hrs dihormatin. Kenyataan yg ada, suka miris krn banyak netizen asal jeplak menghakimi. Duuuh, bacanya sampe sedih. Seperti mereka udh maha benar aja :( . Dan buat orang2 yg mereka bully, salut aja krn kuat menghadapi begitu. Udhlah sakit banget pas operasinya, ditambah harus membaca komen2 netizen yg lbh tajam dr pedang algojo -_-
ReplyDelete